Beberapa waktu yang lalu sempat populer di Indonesia soal buah mengkudu (morinda citrifolia ) atau yang dikenal juga dengan nama lain yaitu buah Noni (Hawaii) atau Indian mulberry. Di mana-mana orang menjual kapsul serta juice mengkudu tersebut. Seorang ipar saya mengidap kencing batu tetapi ia sangat takut akan operasi. Kepadanya disarankan makan hancuran buah mengkudu. Walaupun rasa dan baunya ngajubile, ia bersikekeh meminumnya secara rutin. Akibatnya, batu sebesar kacang hijau itu keluar dari saluran kemihnya. Salah satu penjelasannya karena buah mengkudu itu mengeluarkan zat saponin yang menyelaputi batu itu sehingga tumpul, licin dan mudah meluncur ke luar.
Akhir-akhir ini mulai terkenal juice buah Goji (goji berry; wolfberry). Merek yang terkenal yang berembel-embel Goji eks Himalaya atau eks Tibet. Padahal menurut riset sama sekali tidak ada urusannya dengan Tibet. Buah yang mirip Goji yang tumbuh di dataran Tibet namanya Elaeaganus umbellaae yang buahnya berwarna merah-oranye dan bukan merah-darah seperti Goji. Ini yang membuatnya salah kaprah seakan-akan Goji itu asli tanaman asal Tibet atau Himalaya.
Ternyata buah Goji bukan berasal dari Himalaya atau Tibet melainkan dari Cina perifer dalam dan pedalaman Mongolia. Bahkan nama Goji itu sendiri berasal dari aksara cina ‘gou qi’ (Lycium barbarum, Linn). [Sufiks Linn, maksudnya sesuai daftar tanaman yang disusun oleh ahli botani Carolus Linnaeus (1753), dalam bukunya Species Plantarum.]
Di Cina, tanaman Goji tumbuh di kawasan Uyghur, di pegunungan Thian San di Xin Jiang, dan di distrik Zhong Ning, di Ning Xia. Sedangkan istilah Lycium berasal dari kata lykos yang artinya ‘serigala’ (wolf) dan nama daerah Lykia, di Anatolia, di kawasan timur dari Negara Turki. Sedangkan imbuhan barbarum pada kata Lycium barbarum menunjukkan bahwa Goji bukan asli tanaman Turki, melainkan berasal dari “negara barbar” atau tanaman asing.Produksi Goji di Cima sendiri tercatat 33 juta kilogram pada tahun 2001.[Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Wolfberry]
Goji oleh sementara kalangan dianggapan “obat dewa”, semacam panacea yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Suatu brosur kadang-kadang menyebut puluhan jenis indikasi, namun mungkin hanya beberapa yang menonjol. Kebanyakan klaim tidak disertai riset yang saling memperkuat.
Para pasien yang memanfaatkan food liquid supplement yang sangat kuat sifat anti-oksidannya ini melaporkan efek nyata terhadap penurunan tekanan darah dan kholesterol, perbaikan pandangan mata (eye sight), peningkatan kekebalan tubuh, perubahan drastis pada sifat darah dari asam menjadi semakin bersifat basa; dan bersifat neuro-protektif.
Dapat memperbaiki kesehatan umum dan stamina, dan meningkatkan potensi seksual yang mengalami gangguan disfungsi. Terhadap klaim bahwa Goji juga ampuh untuk anti-kanker, dibantah oleh dokter Ray Sahelian, MD karena belum pernah ada penelitian klinis terhadap subyek manusia dengan konsumsi preparat Goji (www. raysahelian.com).
Yang paling menarik ialah foto-foto mikroskopis butir-butir darah oleh Dr. Victor A. Marcial-Vega (President of Health Horizons, Inc.), seorang Oncologist dari John Hopkins Hospital, Baltimore, Maryland. Ternyata 90% pasiennya yang minum juice Goji menunjukkan perubahan kondisi darah mereka dari yang asam menjadi alkalis. Dengan teknik HRBI High Resolution Blood Image ternyata proses alkalisasi darah telah terjadi mulai 24 -36 jam sejak konsumsi perdana. Dalam akhir hari ke 12 terapi Goji seluruh darah menjadi bersifat alkalis. Darah putih menjadi ljauh lebih sehat dan semua jamur dan bakteri lenyap dari penglihatan. (Brosur Master Goji, eks Twelve Natures, USA).
Ternyata jamu Goji juga tersedia di toko obat ramuan Cina. Seperti ginseng atau kolesom maka gouqi ini juga dapat direbus jadi jamu atau diseduh menjadi seperti minuman teh. Cara ini jauh lebih murah meriah dari pada mengkonsumsi juice import dari Amerika Serikat ini yang harganya dalam kemasan 1 liter di atas 300 ribuan rupiah. Sehat itu memang mahal, tetapi masih lebih murah daripada sakit.